Tinggal di Philipina ternyata sama menantangnya seperti tinggal di Indonesia. Teman saya si Puri pernah bilang kalau “bisa survive di Jakarta, berarti bisa survive di Manila”.
Berbeda dengan kedua teman indonesia saya Puri dan Ni Putu yang hobinya jalan-jalan selama tinggal di Philipina, saya termasuk yang paling jarang keluar kecuali kuliah. Tidak heran pengetahuan saya soal Manila agak ketinggalan. Teman saya asal Philipina sempat keki ketika saya bilang “Barangka is Philipines and Philipines is Barangka”. Dia mencoba menerangkan kalau Barangka, tempat saya tinggal sekarang hanya seujung kukunya Philipina sebenarnya.
Eniwey, meskipun saya agak kuper, saya tetap bisa sharing beberapa hal yang menarik soal kota ini. Tentu saja dengan kacamata saya sendiri.
- Supir taksi di Manila hobinya ngebut
Kalau terbiasa dengan supir sopan santun blue bird di Jakarta, maka siap-siap syok dengan supir taksi di Manila. Mereka tipe Ali Topan anak jalanan karena sukanya ngebut dan zig zag tanpa peduli penumpangnya pada sport jantung. Kali pertama naik taksi saya sibuk komat kamit di jok belakang berdoa semoga Tuhan menyelamatkan saya. Saya tidak siap kalau harus mati karena kecelakaan karena saya ke Manila untuk belajar…Kelakuan saya langsung menjadi bahan tertawaan dua sobat Indonesia saya Putu dan Puri.
2. Kantong kertas penganti kantong plastik
Saya tinggal di kawasan Marikina yang hobinya banjir. Berdasarkan data yang saya kumpulkan dari bapak kos dan juga beberapa orang lainnya, Marikina mulai memberlakukan pengunaan kantong kertas sebagai tindakan preventif pengurangan plastik yang sering menyumbat drainase dan akhirnya bikin banjir.
Nah, pertama saya belanja, saya terheran-heran ketika semua belanjaan saya dimasukkan ke kantong kertas. Saya pikir keren juga nih kota. Celakanya belanjaan saya pernah jebol karena airnya merembes dari kantong kertas itu. Untung saat itu saya sudah sampai di flat huhuhu
3. No cabai merah
Hingga saya sudah hampir 45 hari disini, saya tidak pernah melihat orang berjualan cabai merah. Yang ada cabai rawit merah dan cabai hijau. Mungkin ada cabai merah disuatu tempat, tapi karena flat saya tidak ada dapur, maka saya tidak pernah punya keinginan untuk hunting cabai merah sekedar bikin ikan lado.
4. Babi lebih murah
Semula saya pikir orang philipina fans berat daging babi karena setiap makanan suka menggunakan daging babi. Belakangan saya mengerti karena harga daging babi disini lebih murah dibanding ayam atau sapi. Mau tidak mau saya harus membiasakan diri melihat daging babi disini dan harus berlatih tidak mual mencium baunya. Saya juga harus membuang kebosanan untuk bertanya “is that pork?” or “Is that the chicken?” setiap kali saya membeli makanan.
5. Jeepney transportasi massal
Buat saya setiap naik jeepney itu keasyikan tersendiri. Bayangkan saja, setiap penumpang akan saling menolong menyodorkan ongkos ke supir atau saling menyampaikan tujuan mereka turun. Maklum kendaraan ini lumayan panjang dan butuh saling membantu untuk menjangkau sang supir (biasanya supir suka pakai baju can see dan badannya penuh tato) Ini kendaraan yang bersajaha dan juga sarat persaudaraan menurut saya. Selain itu warna dan gambarnya cukup kreatif. Kalau soal ngebut dan zig zag ya nggak jauh-jauh beda dibanding taksi
6. Surganya minuman keras
Untuk yang satu ini bukan kebahagiaan buat saya. Tapi semua internasional students setuju kalau minuman keras or miras di Philipina sangat sangat sangat murah dan gampang diakses. Teman saya pernah membeli sebotol teuqila misalnya dengan 1,000 pesoan atau 200 rebo rupiah saja. Itu juga dengan kualitas terbaik (kata dia ya). Selain itu mereka juga punya bir lokal yang (kata para menggemar) rasanya juga lumayan.
7. Susah mencari kopi serius
Ini masalah besar buat saya pecinta kopi. Setelah seumur hidup dimanjakan dengan kopi tradisional kualitas terbaik di Indonesia, mendadak saya harus berhadapan dengan kopi instan yang manisnya super dan khasiat kop[inya cenderung bikin neg ketimbang membuat terjaga sehingga saya bisa meneruskan paper saya.
Nah, sementara itu dulu beberapa hal yang menarik soal Philipina. Mungkin kalau saya sudah mulai keluar dari flat (tentu saja setelah semua tugas selesai), saya akan sharing lebih banyak lagi… hehehe