Saya, Tentara dan Bakso

 

bakso_mi_bihun

Photo: google.com

Suka bakso? Siapa yang tidak suka makanan yang satu ini. Selain bisa ditemukan di mana saja, bakso juga menjadi panganan yang asoy saat hujan, snack menyenangkan saat lapar atau bahkan juga bisa dinikmati tanpa harus ada alasan tertentu.

Membayangkan kuah panasnya, butiran baksonya yang kenyal dan juga aromanya yang top markotop sudah membuat saya “ngiler” saat menulis tulisan ini.

Ada yang bilang yang suka bakso hanya perempuan. Buat saya menempatkan “hanya” perempuan sebagai pecinta bakso sejati tidak adil. Jelas-jelas tidak ada hubungannya antara bakso dengan isu gender.

Memang sih saya saya sering sekali terjebak di warung bakso dengan pengunjung mayoritas perempuan dan segelintir kaum lelaki, termasuk si tukang baksonya sendiri.

Apakah lelaki tidak suka bakso? Salah. Banyak juga lelaki yang suka bakso. Terbukti saya juga sering terjebak menikmati bakso bersama kaum lelaki. Dan itu kebanyakan saat saya meliput isu militer, institusi paling maskulin untuk aktivis gender.

Yup, Jangan salah. tentara Indonesia ternyata pecinta bakso sejati loh.

Beberapa kali liputan di kementerian pertahanan misalnya, saya dan rekan wartawan lainnya disuguhi bakso panas yang kuahnya mengepul wangi.

Yang makan bukan saja wartawan tetapi para tentaranya juga. Malah beberapa dari mereka menikmati bakso dengan kuah merah menyala alias “full” saos cabe hehehe.

Kalau melakukan liputan di markas TNI di Cilangkap sana, makan bakso di kantin dekat pusat penerangan (puspen) TNI menjadi ritual selanjutnya setelah doorstop Panglima TNI. Saya bisa melihat banyak juga tentara laki-laki makan bakso.

Staf puspen TNI Pak Badar sudah melakukan promosi serius pada wartawan kalau bakso di Cilangkap memang bakso yang paling enak. Kenyataannya rasa baksonya memang lumayan. Yang bikin enak mungkin karena tidak semua orang bisa masuk ke Mabes Cilangkap kalau tidak ada keperluan hehehe

Celakanya lagi karena otak kami semua sudah dicuci dengan program “bakso enak Cilangkap”, kami jadi ke kantin itu hanya untuk makan bakso saja. Padahal, banyak menu lain yang tidak kalah menariknya. Pernah saat kami menunggu bakso dihidangkan, Pak Badar malah muncul dengan sepiring nasi dan semur jengkol yang mengiurkan. Beberapa diantara kami langsung menyesal memesan bakso.

Bakso juga sering saya nikmati saat saya liputan bersama tentara ke luar daerah.

Saya ingat sewaktu ikut menteri pertahan sidak ke Lanud Pontianak, salah satu snack yang dihidangkan adalah bakso dan justru meja tempat bakso itu yang paling ramai. Semua orang bisa mengambil bakso sepuasnya alias tanpa jatah-jatahan.

Saat menteri pertahanan sedang melakukan kunjungan ke pulau terluar kawasan Natuna, kami wartawan yang sedang menunggu di Lanud Ranai juga dihidangkan bakso. Bayangkan, makan bakso di Natuna! Jauh-jauh dari Jakarta, makannya bakso juga.

Lebih serunya lagi bakso di Natuna ini enak sekali! Dagingnya banyak dan aksesorisnya lengkap dengan tetelan mengambang dan tahu. Langsung saja panci bakso itu jadi rebutan wartawan dan prajurit TNI AU yang sedang stand-by di Ranai.

Menurut cerita seorang tentara yang kebetulan menjadi teman makan bakso saya, banyak tentara yang suka bakso.

“Mbak masih ingat ketika musibah pesawat Air Asia yang jatuh ke laut? Tentara AL, terutama pasukan khusus dan penyelamnya banyak yang terlibat dalam operasi penyelamatan. Mereka bekerja keras,” cerita mas tentara itu ramah.

Saya mangut-mangut. Saya masih ingat musibah yang terjadi Desember 2014 lalu.

“Saat itu Panglima TNI (waktu itu Jenderal Moeldoko) datang menjenguk dan memberi semangat rekan-rekan kami yang sudah lama sekali menyelam mencari korban,” dia menambahkan.

Saya masih mangut-mangut.

“Seorang rekan yang kebetulan sudah terlalu lama di KRI minta bakso. Hari itu juga Pak Panglima menerbangkan ratusan porsi bakso untuk perajurit yang melakukan operasi penyelamatan,”

Saya berhenti mangut-mangut. Panglima TNI menerbangkan bakso untuk prajuritnya? Bakso? Seriously?

Nah, terbukti kan kalau tidak ada urusan gender dalam makanan yang satu itu. Yang pasti, harus diakui bakso memang makanan sejuta umat dan non-diskriminasi.

Leave a comment